Karena Keluarga Kita Bisa Terbiasa Dengan Toxic Relationship

Toxic family

Banyak orang jaman sekarang yang salah mengartikan kasih sayang seseorang maupun perilaku kasar seseorang. Mungkin banyak orang yang belum mengetahui apa itu toxic relationship. Apa sih itu toxic relationship? Toxic relationship atau dalam bahasa indonesianya hubungan yang toksik merupakan ciri ciri yang harus kita ketahui agar suatu saat nanti kita tidak terjebak dalam hubungan toksik ini. Toxic relationship ini hanya menguntungkan satu pihak dan juga merugikan pihak yang lain. Hubungan toksik ini atau biasa dikenal dengan sebutan hubungan beracun ini dikenal dengan nama relationship abuse. Relationship abuse merupakan suatu hubungan yang banyak disalah gunakan oleh banyak orang dan juga dapat menimbulkan suatu akibat yang tidak menyenangkan secara emosional, sosial, maupun secara fisik. Hubungan yang tidak sehat ini terkadang sering kita alami tanpa kita sadari bisa dalam pertemanan, dalam pekerjaan, dalam keluarga, maupun juga dalam hubungan pacaran atau suami istri. 

Beberapa tanda tanda dari relationship diantaranya adalah:

 

  • Tidak mau meminta maaf kepada seseorang,
  • Tidak konsisten terhadap sesuatu,
  • Memanipulasi orang lain,
  • Tidak memiliki sifat empati dan juga simpati kepada seseorang, dan juga
  • Hanya ingin senangnya saja dari sesuatu hal maupun kejadian.

Toxic relationship menimbulkan dampak pada seseorang yang terjebak di dalamnya antara lain yaitu:

 

  • Sulit percaya kepada seseorang,
  • Gangguan yang di alami dalam kehidupan sehari hari,
  • Kesehatan mental seseorang terganggu,
  • Perasaan cemas yang berlebihan, 
  • Stress,
  • Trauma, dan juga
  • Perasaan tidak nyaman.

Faktanya, orang orang yang bisa bertahan di toxic relationship ternyata mereka sudah ada contohnya mereka melihat orang tuanya, mereka melihat keluarganya, mereka melihat lingkunganya. Misalnya kalau kalian wanita, kalian lihat ni orang tua kalian berantem papa kalian mukul maka kalian, atau papa kalian bentak mama kalian tapi mama kalian sabar atas perlakuan papa kalian yang seperti itu. Nanti di saat kalian punya pasangan pasangan kalian main tangan. Kalian akan berpikir ni “ ohh iyaa di lagi emosi ni, dia lagi marah tapi dia sayang kok sama aku aku bisa sabar aku pasti bisa sabar”. Atau papa kalian sukanya nyuruh nyuruh ni, terus dengan bodohnya kalian saat kalian sudah berpasangan cowok kalian minta jemput terus dengan pemikiran lugu kalian berpikir “ iya gak papa mungkin pasangan aku lagi cape gak papa deh aku jemput dia”. Karena apa yang kalian lihat “ ohh papa aku nyuruh karena dia cape mama aku mau kok ohh kalo gitu aku juga harus bisa kayak gitu ni”. Jadi pada intinya pola didik orang tua itu berpengaruh pada anaknya. Jadi kalau nanti ada orang tua kalian marah karena kalian di pukul sama pasangan kalian coba untuk melihat didikannya. Apakah anaknya pernah melihat orang tuanya berantem, apakah anak kalian pernah melihat kalian saling pukul pukulan. Kalo memang ada berarti orang tualah yang mengajarkan kalau hal seperti itu wajar dalam sebuah hubungan.